Srikandi KU

Srikandi KU

Rabu, 24 Maret 2010

Manten






Apa sih maknanya dari “nikah adalah separuh agama”..?
Kalimat tersebut dari hadits/siapa ya?
Jadi apakah orang yang belum menikah, imannya “kurang” dibandingkan yang sudah menikah?
Anas bin Malik radliyallahu ‘anhu berkata, telah bersabda Rasululloh shallallahu ‘alaihi wa sallam, yang artinya: “Barangsiapa menikah, maka ia telah melengkapi separuh dari agamanya. Dan hendaklah ia bertaqwa kepada Allah dalam memelihara yang separuhnya lagi”. (HR: Thabrani dan Hakim).

Apa makna separuh dari agama. Kalau kita perhatikan dengan baik, keluarga itu adalah tingkat terbawah dari masyarakat dimana menerapkan nilai nilai agama.

Perhatikan bagaimana anda mengamalkan yang ini
Saat anda memilih jodoh Allah menguji anda dengan ini

An Nur
3. Laki-laki yang berzina tidak mengawini melainkan perempuan yang berzina, atau perempuan yang musyrik; dan perempuan yang berzina tidak dikawini melainkan oleh laki-laki yang berzina atau laki-laki musyrik, dan yang demikian itu diharamkan atas oran-orang yang mukmin[1028].

Bagaimana anda mau teruji sebagai seorang mukmin nikah aja belum.

Perhatikan kalau sudah menikah

4. An Nisaa’
19. Hai orang-orang yang beriman, tidak halal bagi kamu mempusakai wanita dengan jalan paksa[278] dan janganlah kamu menyusahkan mereka karena hendak mengambil kembali sebagian dari apa yang telah kamu berikan kepadanya, terkecuali bila mereka melakukan pekerjaan keji yang nyata[279]. Dan bergaullah dengan mereka secara patut. Kemudian bila kamu tidak menyukai mereka, (maka bersabarlah) karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak.

Bagaiaman anda bisa melaksanakan mempergauli istiri dengan baik kalau anda tidak punya istri Ngikik..

Lalu masih banyak hukum hukum antara suami dan istri yang merupakan cerminan sekaligus ujian bagi manusia.

Anda lihat di sini MyQer punya kualitas bermacam macam.

Satu lagi yang penting pernikahan itu menjauhkan dair dosa besar yang bernama Zina Senyum manis tidak ada jalan paling manjur untuk menjauhkan diri dari zina kecuali menikah Senyum manis

Dan berjentreh hadist yang menerangkan bagaimana bersikap antara suami dan istri.

Pertanyaan berikutnya. Yang belum menikah apakah imannya kurang dari yang sudah menikah ?

Masalah iman Allah yang menilai bukan manusia.

Tapi perhatikan. Tersenyum untuk istri dan anak ibadah, memberika nafkah kepada keluarga adalah harta terbaik kata rasullullah dibanding yang lain. Dan masih banyak keutamaan lain. Ini tidak bisa di dapat orang yang belum menikah Senyum manis

Qur’an mengatakan

35. Faathir
11. Dan Allah menciptakan kamu dari tanah kemudian dari air mani, kemudian Dia menjadikan kamu berpasangan (laki-laki dan perempuan). Dan tidak ada seorang perempuanpun mengandung dan tidak (pula) melahirkan melainkan dengan sepengetahuan-Nya. Dan sekali-kali tidak dipanjangkan umur seorang yang berumur panjang dan tidak pula dikurangi umurnya, melainkan (sudah ditetapkan) dalam Kitab (Lauh Mahfuzh). Sesungguhnya yang demikian itu bagi Allah adalah mudah.

Bagaimana anda mau mengaplikasikan anjuran Qur’an ini kalau anda belum berpasangan ?

Dan bukankah diciptakan jin dan manusia ini untuk beribadah kepada Allah. Menikah adalah ibadah. Bahkan sampai ada tulisan seorang ustad berhubungan sex dengan istri itu adalah kenikmatan surga yang diberikan sebagai persekot di dunia ini bagi manusia Tersipu masalah setuju atau tidak silahkan. Loh ibadah nikmat kok nggak dijalani.

Saya lebih bisa mengatakan kalau orang menikah maka lebih punya ladang amal yang jauh lebih besar dari yang belum menikah. Senyum manis

Semoga dapat dipahami

Senin, 22 Maret 2010

Tips Jalani Bulan Madu


Bulan madu adalah perjalanan tradisional yang dilakukan oleh pasangan yang baru saja menikah untuk merayakan pernikahan mereka. Kini, bulan madu seringkali dirayakandi tempat-tempat yang terpencil, eksotik, hangat, atau lainnya yang dianggap khusus dan romantis. Kecenderungan belakangan di kalangan banyak pasangan adalah menggabungkan pesta pernikahan dan bulan madu dalam suatu pengalaman atau menggantikan yang satu dengan yang lain.
Asal-usul kata bulan madu

Oxford English Dictionary tidak memberikan etimologi sama sekali, tetapi menyebutkan bahwa kata ini berasal dari abad ke-16:
"Bulan pertama setelah pernikahan, ketika yang ada hanyalah kelembutan dan suka cita" (Samuel Johnson); mulanya tidak mempunyai rujukan apapun kepada masa satu bulan itu, melainkan membandingkan rasa saling mencintai di antara orang-orang yang baru menikah kepada bulan yang sedang berubah cepat dari purnama lalu memudar. Kini biasanya liburan yang dilalui bersama oleh pasangan yang baru menikah sebelum mereka menetap di rumah.

Salah satu kutipan tertua dalam Oxford English Dictionary menunjukkan bahaw, meskipun di masa kini bulan madu mempunyai arti positif, kata ini sesungguhnya merupakan rujukan mengejek kepada memudarnya cinta yang niscaya terjadi seperti tahap-tahap peredaran bulan. Rujukan sastra pertama kepada bulan madu ini ditulis pada 1552, dalam karya Richard Huloet Abecedarium Anglico Latinum. Huleot menulis:
Bulan madu, sebuah istilah yang digunakan sebagai tamsil bagi orang yang baru menikah, yang mula-mula tidak akan gugur, tetapi pada mulanya mereka saling mencintai secara berlebihan, sehingga cinta mereka tampaknya akan mengalahkan [pertengkaran apapun]; masa ini disebut orang-orang biasa sebagai bulan madu.

Juga dikatakan bahwa asal-usul kata ini berasal dari masa Babilon. Untuk meningkatkan kejantanan dan kesuburan pasangan yang baru menikah, ayah si pengantin perempuan akan memberikan menantunya semua kebutuhan minuman yang berbasis madu yang dapat diminumnya selama bulan pertama pernikahan mereka (karenanya disebut "bulan"). Karena kata bahasa Inggris ini baru empat ratus tahun usianya, atribusi langsung ke Babilon dipertanyakan, meskipun seringkali diulangi. Namun kebiasaan meminum minuman berbasis madu ini setelah pernikahan selama satu bulan juga merupakan kebiasaan abad pertengahan, dan pada masa inilah kata ini muncul.

Penjelasan lain yang mungkin dari kata bulan madu ini berkaitan dengan masa pernikahan biaasnya dilangsungkan. Dahulu pernikahan di Barat biasanya dilangsungkan pada solstis musim panas karena alasan-alasan keagamaan sebelumnya dan juga karena alasan praktis karena itulah masa antara menanam dan menuai. Karena itu adalah waktu menuai madu, ada kemungkinan istilah ini muncul dari kebiasaan ini.

Alternatif lainnya ialah bahwa istilah "bulan madu" diberikan kepada bulan ketika jalurnya dekat ke cakrawala selatan. Cahayanya bersinar meskipun kabut dan debu atmosfer kita memberikannya warna kuning madu yang lembut selama satu bulan.

Memang bulan madu tak harus ada tetapi jika bisa Anda lakukan, bulan madu bisa membantu Anda melepaskan stres usai menjalani kesibukan yang tinggi saat mempersiapkan pesta pernikahan, selain membantu Anda bisa lebih mesra, lebih hangat dan lebih mengenali pasangan Anda.

Beberapa hal berikut perlu Anda cermati sebelum memutuskan berangkat berbulan madu:

1. WAKTU
Waktu yang tepat untuk bulan madu adalah usai pesta pernikahan. Jadi sebelumnya Anda telah merancang pesta pernikahan dengan rencana bulan madu menjadi dalam satu paket rencana. Jika Anda berdua sama-sama pekerja, cobalah atur jadwal pulang bulan madu tak berdekatan dengan jadwal Anda masuk kerja. Siapa tahu Anda masih ingin lebih lama lagi berbulan madu maka keinginan itu masih bisa diwujudkan.

2. TEMPAT TUJUAN
Tentukan tempat tujuan berdasarkan keinginan dan kemampuan Anda dan pasangan. Penentuan tempat bulan madu membantu Anda menentukan barang bawaan. Pilih tempat tujuan yang membantu Anda menemukan atmosphere bulan madu yang membantu Anda semakin dekat dengan pasangan. Bisa jadi pilihan tempat bulan madu ini suatu saat bisa membantu Anda dan pasangan menghangatkan kembali hubungan yang mungkin 'mendingin'.

3. AKOMODASI
Lakukan pemesanan tiket pesawat, KA atau alat transportasi lain yang akan Anda gunakan dan booking tempat penginapan jauh hari sebelumnya, untuk menghindari habisnya tiket dan tidak tersedianya tempat. Terutama disaat libur Hari Raya dan libur sekolah. Jangan lupa juga mencatat no.tiket, alamat & No telepon dari hotel dan biro transportasi yang digunakan, tujuannya untuk berjaga-jaga jika ada perubahan jadwal secara mendadak.

4. BARANG BAWAAN
Buatlah daftar barang bawaan yang sesuai dengan tempat tujuan Anda, kalau bisa jangan terlalu banyak karena akan merepotkan Anda dan Pasangan! Bawalah pakaian yang sesuai dengan iklim tempat tujuan Anda.
- Jika daerah dingin, bawalah jaket, sarung tangan, syal dan sweater.
- Jika daerah panas, bawalah topi, kacamata hitam dan sunblock.
- Bawa juga perlengkapan pribadi, termasuk Lingerie dan pakaian-pakaian seksi lainnya namun hindari yang berkesan murahan. Sehingga pasangan Anda akan memohon agar Anda mengenakannnya lagi.
- Peralatan-peralatan, seperti kamera atau handycam. Jangan sampai ada moment indah yang terlewatkan.
- Obat-obatan seperti obat flu dan obat lainnya.
- Barang-barang kenangan Anda beserta pasangan yang memungkinkan untuk bisa dibawa. Ini akan menambah nilai romantis pada bulan madu Anda.

Saat berada di tempat tujuan, nikmatilah waktu-waktu bersama dengan pasangan Anda. Berikanlah kejutan-kejutan kecil pada pasangan Anda seperti menyediakan sarapan pagi, membuat aroma dan suasana romantis saat mandi bersama, saat akan makan malam pesan terlebih dahulu menu kesukaan pasangan dan beritahu kepada pegawai penginapan bahwa Anda sedang berbulan muda maka jangan kaget jika Anda menerima kejutan kecil dari Hotel tempat Anda menginap. Jangan Lupa...!!! Letakkan kalimat "Do Not Disturb" pada pintu kamar Anda. (niP)

Rabu, 10 Maret 2010

पासंग सुरुत cinta itu mengenal istilah gelombang pasang dan surut, artinya dalam kehidupan cinta akan ada turun naiknya


Perlu kita ketahui bahwa dalam cinta itu mengenal istilah gelombang pasang dan surut, artinya dalam kehidupan cinta akan ada turun naiknya perasaan seorang pada seseorang, kayak gimana sih?


Begini, misalnya hari kemarin kita jalan dengan pacar, tyus kita ajak nonton bola di stadion, tyus ternyata dia kecewa karena dia tidak terlalu suka karena maunya nonton bioskop percintaan tentunya. Ya, disinilah sebabnya besoknya tiba-tiba dia bawaannya marah tanpa sebab, tapi kalau kita pinter pasti bisa membaca bahwa hal ini karena kejadian kemarin. Kalau kita memarahi dia yang artinya bisa mengakibatkan rasa sayang cewe itu berkurang, biar bertambah dan stabil mesti bisa ngertiin dia misalnya, "maaf deh kan g tau, ydah gimana kalo kita sekarang nonton bioskop?" tawaran cowo itu. "Boleh tuh tapi beneran kan gak ngerepotin?", tanya cewenya. "Ya, "Itung-itung aa ngobatin rasa jenuhnya dd yang kemarin," cowonya ngomentari. "Duuh aa bae", sahut cewenya. "Biasa aja kok, syang". "Ihh lebay!", koment cewenya.

Jadi intinya, kita harus bisa menghaluskan sifat dan sikap kita bila menghadapi makhluk indah di muka bumi, alias nghadapin cewe, jangan kita egois, kalo kita egois malah dia akan merasa tertekan dengan sikap egois itu. Jadi, pahami dulu sifat yang ada pada wanita, jangan karna kita pinter tyus kita manfaatin kelemahan pada wanita. Mang kelemahannya apa?
Hmm, masa gak tau?

Sabda Rosululloh Saw., yang berbunyi, "Tulang rusuk yang paling bengkok yaitu yang paling atas. Bila engkau hendak luruskan, ia akan patah." (Hadits Nabi).

Sabda Rasulullah Saw, "Bahagiakan dirimu dengan sifat-sifat bengkok yang ada pada istrimu." (Hadits Nabi).

Hadits tersebut mengungkapkan bahwa jika menghadapi seorang wanita harus dengan penuh kelembutan, kehalusan sikap dan tindakan, tidak boleh mengancam bakal diputusin, bakal dicerai kalau udah jadi suami istri, jangan terlalu posesif berikan kebebasan sewajarnya, agar rasa nyaman dirasakan olehnya terhadap kita.

Banyak orang yang melakukan kesalahan fatal padahal dari hal sepele, contohnya;
"Kamu pilih Aku atau Kerjaan ?", mengandung unsur sifat keegoisan (mementingkan diri sendiri) yang akhirnya kekasih sendiri jadi korban. "Kamu pilih putusin Aku atau Dia?", padahal cuma temen smsan doank karena jauh tempat tinggalnya alias lum ketemu dan temen biasa aja, akhirnya yang jadi korban kekasih sendiri dan dirinya sendiri pun ikut merugi karena kehilangan orang tulus mencintainya. Hmmm, disayangkan?

Ya, yaitu sifatnya halus mesti dengan cara bujuk rayuan, tapi awas jangan gombal atau boong, malah bikin cewe bisa berkurang tuh rasa sayangnya. Kebanyakan cewe sekarang tidak mau diatur-atur, wajarlah namanya juga manusia perlu adanya kebebasan bersikap dan berpikir, asal jangan melakukan ML, itu bukan kebebasan yang normal, tapi kebebasan yang berlebihan, toh kita diperintahkan menahan nafsu birahi, kan?

Dalam Al-Qur'an dijelaskan:
“Dan janganlah kamu mendekati zina, sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk.” QS. Al Israa [17] : 32.

Tuh kan, Alloh SWT saja mengharamkan Zina atau ML (Making Love), karena fitrah manusia secara biologisnya sah bila dalam pernikahan, mau gaya apa aja boleh, misalnya gaya kodok loncat-loncat, kuda lumping, dogy style gak boleh tuh nusuk dari belakang (hehe).
Tipe Kekasih dalam Hubungan Asmara itu terbagi, sebagai berikut;
1. Kata Cinta (Besarnya 50%)
Misalnya; ungkapan yang mengandung kosa kata Cinta, "Aku cinta ama Kamu", "Aku suka sama kamu", dan semacamnya. Orang tersebut belum sepenuhnya mengekspresikan karna batinnya, tapi ada unsur birahi juga. Artinya ingin memiliki, makanya gak aneh ada sifat cemburu berlebihan. Biasanya tertarik karena tampang, tubuhnya, matanya, pokoke secara objektif fisikal. Sehingga, jangan aneh kalo banyak aturan ini itu, karena gak mau kalo pacarnya itu diembat padahal dirinya sendiri udah cakep, tapi ada aja rasa ketakutan dicuri hati kekasihnya (cewe atau cowo). Seringkali, berbuat gombal untuk menaklukkan sifat cewenya atau cowonya padahal tanpa disadari rasa sayang kekasih akan berkurang dengan sifat itu.
Kesimpulan :
Hmm, jadi kurangilah sifat cemburu dan egois tuh itu ngrugiin bagi percintaan. Mestinya; ya mau saling mengalah dan saling memberi pengertian. Dijamin rasa sayang kekasih kita akan bertambah, dan kita akan dipercaya dan pastinya dia mau untuk setia pada kita seorang. Gimana mau kan?
2. Kata Sayang (Besarnya 75%)
Misalnya; "Yank, jangan ninggalin aKu, yah?," "Syang, gimana kesehatannya?," "Yank, mau kemana skrang?". Nah, tipe ini biasanya sudah ada sifat pengertian tapi masih ada rasa manja dan takut kehilangan karena tau jika tanpa kekasih pasti akan merasakan kesepian dan kesendirian, sadar betapa pentingnya rasa kasih sayang. Biasanya orang tipe ini mencintai dan menyayangi seseorang itu dengan penuh ketulusan dan sikap hati-hati tentunya setia juga, karena tak mau kalau rasa sayang berkurang dari kekasihnya, kekecewaan dan keraguan itulah penyebab yang bisa menimbulkan rasa sayang berkurang. Orang tipe ini, sifatnya peduli dengan keadaan kekasihnya tanpa mementingkan diri sendiri, malah berani untuk berkorban banyak, misalnya; bukan cowonya yang ngasih pulsa, tapi malahan cewenya padahal cowonya tak pernah minta, karena ada sifat kepedulian.
Kesimpulan :
Rasa sayang telah mengalahkan egois yang ada dalam diri seseorang tersebut, yang menghasilkan kesetiaan pasangan terhadap dirinya, pasangan menjadi lebih mau mengalah tanpa harus diminta tapi mengerti dengan sendirinya, timbullah satu pikiran atau satu pengertian. Dijamin, rasa sayangnya akan tetap terjaga dan stabil.
3. Kata Amat Cinta atau Amat Sayang (Besarnya bisa mencapai 100%)
Biasanya tidak memberikan kebebasan bergaul dengan lawan jenis selain dia, minta tukeran nomor, pokoke lebih posesif sikapnya, lebih menomorsatukan pacarnya terkadang sering melupakan Alloh SWT, sebagai Tuhannya, malah terlalu memuja kecantikan atau ketampanan yang ada dalam diri kekasihnya. Hmmm? Mulai malas untuk sholat karena diajak kencan oleh kekasihnya, dan sebagainya. Sifat ini terlalu berlebihan, seringkali membela kekasihnya padahal dialah yang salah, malah berani melawan orangtua untuk membela pacarnya, karena ada satu hal yang tak bisa dikendalikan, yaitu; sifat ketakutan yang berlebihan tidak sewajarnya. Jadi, berani berkorban ini itu, tanpa memikirkan sebab akibatnya.
Kesimpulan :
Rasa sayang yang berlebihan akan melupakan hal lain yang perlu diperhatikan, misalnya bisa melupakan Alloh SWT, melanggar segala hal yang dilarangnya misalnya berani mengasih keperawanannya atau kejantanannya, tidak memikirkan dosa yang akan diakibatkan oleh perilakunya, yang terpenting bisa bersamanya walau mempertaruhkan nyawa, dan hal yang mungkin bisa jadi kekasihnya memanfaatkannya atau memeras materinya. jadi, berhati-hatilah! Satu hal lagi, berikan rasa sayang itu yang seimbang nomorsatukanlah Alloh SWT atas segala dari hal apapun. Agar kita dalam lindungan dan pertolongan Alloh SWT.
Nah, yang perlu direnungkan disini adalah sebagai berikut:
Kita perlu menguji kebenarannya, apa dia berboong atau tidak, apa dia bener-bener sayang atau tidak, apa dia masih setia atau tidak?
Mesti dilakukan proses penelitian agar nantinya kita sendiri tidak tertipu dengan sikap manisnya, dengan tampang dan senyumnya, jadi mesti berhati-hati dalam melangkah dalam menjalani hubungan asmara, mesti bisa membedakan mana yang pantas maupun yang tidak, bisakah diajak kompromi atau tidak, agar keraguan itu sirna dengan kita mengenal lebih jauh kekurangan dan kelebihan, kebaikan ataupun bahkan keburukan. Bukan berarti kita tidak sayang, malah dengan keberanian dan usaha kita mengenal dia seutuhnya, disitulah namanya cinta Sejati.
Sedangkan jika cinta Abadi adalah hubungan asmara lawan jenis yang tidak termakan oleh perubahan waktu maupun usia, akan selalu tetap setia menemani tanpa rasa keluh kesah, tapi dengan senang hati. Saling membantu, tidak mementingkan diri, dan timbullah satu sama lain kenyamanan rasa yang sangat berarti. Duuh, sok sweet, yah? :-)
Selain itu, ada yang perlu diketahui tentang Kebutuhan Pokok Dalam Hubungan Asmara, diantaranya;
[1] Kesetiaan.
[2] Pengorbanan Ikhlas.
[3] Menyayangi setulus hati dengan sepenuh jiwa.
[4] Selalu memberikan dukungan sekaligus saran untuk perubahan yang lebih baik.
[5] Kejujuran.
[6] Kepercayaan.
[7] Pemberian tanpa mengharap pujian.
[8] Menerima keadaan kekasih walau bagaimanapun secara ridho Alloh Ta'ala.
[9] Melengkapi segala kekurangan.
[10] Memberikan segenap perhatian dan pengertian.
[11] Menghargai pemberian.
[12] Menawarkan bantuan dalam menghadapi kesulitan.
[13] Memberikan jaminan yang pasti bukan janji-janji surga.
[14] Mengakui keberadaan atau kehadiran kekasih.
[15] Rela meluangkan waktu untuk bersama sekalipun hanya sebentar.
[16] Senantiasa berbagi rasa diantara suka dan duka berupa pengalaman atau perasaan yang dirasakan.
[17] Senantiasa positif thinking dalam arti berpikir positif dalam segala hal. Misalnya; tak ada kabar mungkin tidak pulsa, tak dibalas smsnya mungkin ketiduran atau habis pulsa, ditelepon sibuk mulu mungkin jaringannya lagi error, gonta-ganti kartu mungkin jaringannya error ataupun teman-temannya banyak menggunakan operator lain sehingga ingin murah dalam tarif nanti juga akan mengganti kartu jika ingin bersmsan dengan kita.
Jalan bareng berdua dengan yang lain mungkin sodaranya atau cuma teman saja, pokoke buktikan terlebih dahulu jangan langsung percaya oleh kabar yang belum jelas agar tidak terjadi salah paham.
[18] Senantiasa bersabar dalam merindukan kehadiran bersabar pemahamannya dalam memahami keinginan atau maksud kita.
[19] Senantiasa bersikap halus dan mencoba mengalah jika kekasih dalam keadaan emosi sekaligus menenangkan pikiran dan hati diri kekasih.
[20] Senantiasa peduli terhadap perasaan kekasih berupa keinginan atau maksud pikirannya.
[21] Senantiasa memberikan hiburan berupa candaan hingga membuat diri kekasih tersenyum, bukan candaan menyindir atau candaan mencela hanya akan membuat diri kekasih menangis dalam hati atau meneteskan air mata.

Semoga artikel ini memberikan manfaat yang meluas dan berkesan di hati setiap Pembaca, amien!

Selasa, 02 Maret 2010

प.semed


Tempat Bersemedi

Inilah tempat aku bersemedi, bertapa, dan merenung ketika pulang dari melakukan berbagai aktivitas seharian dari Senin hingga Ahad. Sebuah tempat yang sederhana, dialas oleh sehelai permadani mungil dan ditemani oleh bantal-bantal hangat. Aku menyebutnya istana kecilku....Aku begitu betah ketika sudah duduk dan selonjoran di sana.....di “pojok favorit”. Ini juga tempat aku dan teman2 kalo lagi ngumpul bareng ngomongin masalah kegiatan (ceritanya sih getuu….hmm…padahaaaal….). Trus….di tempat ini aku biasanya :

* Melepaskan lelah sambil nonton berita di tv, liat gosip,ato dengerin radio, kaset, murottal

* Telpon2, or miskol2, n sms2an, juga CM2an

* Mengulang2 hafalan yang lebih banyak menguapnya dari pada nambahnya

* Baca majalah or buku terbaru yang baru dibeli, baru dipinjam, atau baru aja dijarah….halah…

* Cari referensi untuk bikin tulisan, proposal atau blog (biar agak berbobot gituu…)

* Melamun…..(hmmm…..besok mo ngeblog apa ya?)
* Mengkhayal…..(kapan dong ada seorang imam yg nemenin aku di situ??)
* Mengetik tugas2 (tugas luar kantor tentunya…so…ini ruang kerja keduaku setelah kantor)
* Rapi2in file2 (fileku udah bejibun euy…!)
* Makan, ngemil, berceloteh dengan adikku….(rangkap jadi ruang makan and ruang ngobrol)
* Sering juga ketiduran di situ tuh….(oaaahhhmmm……………) ups….tapi itu bukan kamar ku loh….

Ruangan itu juga berfungsi sebagai perpustakaan mungilku. Nah….kalo salah satu buku koleksiku raib….wah bakal ketauan deh. Aku hafal letak dan tempatnya berada dimana. Ya…buku memang benda yang aku sayangi. Koleksi favorit deh. Harta yang bakal aku wariskan untuk keturunan…..

Trus ….apa lagi ya…mmm….paling BT kalo ruanganku itu berantakan, banyak barang ngga jelas…dan ada remah2 makanan…ya iyalah…bersemut booo….

Well….udah ah….ntar lagi ceritanya kalo dah punya rumah sendiri……..secara ini mah masih tempat kostku…. Ya…segitu2nya aja….duuuhhh…..

*Kapan ya aku punya rumah sendiri? Minimal apartemen or kondominium dehhh….ha…ha…ha…ngayal lageee……emang paling enak itu mengkhayal…..yaaa…..

Selasa, 02 Februari 2010


1. Pengantar

Unit Pelaksana Teknis Program Pengalaman Lapangan (UPT-PPL) adalah unit yang mengatur serta mengkoordinir prosedur dan mekanisme kegiatan program pengalaman lapangan kependidikan bagi seluruh mahasiswa kependidikan UNJ.
Program Pengalaman Lapangan disingkat PPL adalah kegiatan akademik yang bersifat intrakurikuler yang wajib ditempuh seluruh mahasiswa kependidikan mencakup latihan dan tugas kependidikan sebagai syarat pembentukan tenaga profesional dalam bidang kependidikan.

2. Visi

UPT PPL sebagai unit yang tangguh dan profesional dalam mempersiapkan calon tenaga keguruan dan kependidikan

3. Misi

a. Mengelola PPL secara profesional dan bertanggung jawab
b. Mengembangkan model-model pembelajaran dan media pembelajaran yang inovatif
c. Membangun dan meningkatkan jaringan kerjasama, kemitraan dengan stakeholders
d. Melakukan Penelitian terhadap pelaksanaan PPL
e. Meningkatkan kualitas pelayanan kepada semua stakeholders
f. Meningkatkan kualitas dan integritas dosen pembimbing dan guru pamong

4. Tujuan

a. mempersiapkan dan melatih mahasiswa agar memiliki pengalaman faktual tentang proses pembelajaran dan kependidikan ke dalam situasi yang sebenarnya,
b. mengembangkan diri mahasiswa sebagai tenaga keguruan dan kependidikan yang profesional, sehingga memiliki nilai, sikap, pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan dalam profesinya.
c. menerapkan berbagai kemampuan professional kependidikan dan keguruan secara utuh dan terpadu dalam situasi nyata.

5. Tugas dan Fungsi

PPL adalah bagian yang integral dari keseluruhan kurikulum LPTK, dan merupakan muara dari seluruh kegiatan akademik bidang kependidikan di UNJ yang berbobot 4 SKS. Dengan demikian tugas utama UPT PPL adalah memberikan layanan administratif kepada semua mahasiswa yang akan melaksanakan PPL dan semua stakeholders yang terkait langsung dengan pelaksanaan PPL
PPL berfungsi mengorganisasi, mengkoordinasi dan mengembangkan penyelenggraan program praktek kependidikan dan keguruan.. Sebagai tenaga kependidikan yang profesional, lulusan UNJ bidang kependidikan harus memiliki seperangkat kompetensi yang diperlukan oleh seorang guru/tenaga kependidikan yang profesional serta dapat menerapkan di dalam menyelenggarakan berbagai program kependidikan, baik di sekolah maupun di luar sekolah.

6. Program
a. Jenis PPL
Ada 2 macam jenis PPL ialah:
1) Kegiatan PPL Kependidikan Keguruan.
2) Kegiatan PPL Kependidikan non keguruan untuk Jurusan Manajemen Pendidikan (MP), Pendidikan Luar Sekolah (PLS), Pendidikan Luar Biasa (PLB), Teknologi Pendidikan (TP), Bimbingan & Konseling (BK), Seni Rupa.

b. Syarat-syarat mengikuti PPL
1) Mahasiswa
a) S1 telah lulus minimal 120 SKS;
b) D-III telah lulus minimal 74 SKS termasuk telah lulus MKU, MKDK, MKK I dan MKK II;
c) Khusus Mahasisiwa FBS untuk jurusan Seni Musik dan Seni Tari,dan mahasiswa FIK selain memenuhi syarat-syarat umum di atas juga memiliki persyaratan khusus yang tercantum dalam buku panduan PPL.
2) Mahasiswa yang telah berijazah Sarjana Muda dan Diploma Non Kependidikan;
3) Mahasiswa berbagai jurusan yang mensyaratkan ketentuan khusus bagi mahasiswanya akan disampaikan tersendiri oleh Fakultas/Jurusan yang bersangkutan.
c. Syarat-syarat bebas PPL
1) Telah berijazah Sarjana Muda Kependidikan atau D-III Kependidikan;
2) Telah berpengalaman mengajar selama 3 (tiga) tahun;
3) Telah diuji kemampuan mengajar bidang studi yang bersangkutan dan dinyatakan telahmemenuhi persyaratan.oleh jurusan/fakultas masing-masing
d. Pola Pelaksanaan PPL di sekolah dan di luar sekolah
Pola PPL UNJ menggunakan sistem blok, yaitu. sistem pelaksanaan PPL yang mengharuskan mahasiswa berada di sekolah/di tempat praktek selama satu semester

Selasa, 05 Januari 2010

निकाह Panduan Nikah






Katakanlah kepada wanita yang beriman : "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak daripadanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung ke dadanya (jilbab), dan janganlah menampakkan perhiasannya, kecuali kepada suami mereka, ...
(24:31)

Dari kedua ayat tsb adanya perintah dan larangan buat mukminin dan mukminat agar menahan pandangan mata dan memelihara kehormatan, dan hati-hati dalam bergaul: hususnya wanita,
jangan sekali-kali membuka aurat atau berpakaian minim atw transparan (seperti rokmini, you can see), kecuali pada suami, kenapa e kenapa... Kok dilarang: karena e karena
bila wanita membuka aurat
mata lelaki akan melihat
bila mata sudah melihat, maka hati akan terpikat
bila hati sudah terpikat,
tahi kucingpun terasa coklat
biar tidak punya dokat lelaki akan berbuat nekat
bila sudah nekat, akhlaqpun jadi bejat
dan bila ahlak bejat
kelakuan jadi keparat dengan kelakuan keparat maka yg datang bukan rahmat akan tetapi jadi laknat, itulah bagian dari kiamat.

Wahai golongan pemuda! Barang siapa di antara kamu yang telah mempunyai kemampuan lahir dan batin untuk berkawin, maka hendaklah dia kawin.Sesungguhnya perkawinan itu dapat menjaga pandangan mata dan menjaga kehormatan. Maka barang siapa yang tidak berkemampuan, hendaklah dia berpuasa kerana puasa itu dapat menahan nafsu (809)

Dan kawinkanlah orang-orang yang sendirian diantara kamu, dan orang-orang yang layak (berkawin) . (24.32)

Kawin atw nikah adalah ibadah yang paling enak, karna disamping dapat pahalaNya, juga akan mendapat pahanya. Makanya istilah remaja sekarang Nikah pake surat sedangkan kawin pake urat, padahal Kata aslinya berasal dari nakaha: artinya berkumpul, .... bukan kumpul... kebo.

Nikah merupakan pembentukan keluarga atau masyarakat kecil dari laki dan perempuan berkumpul dalam satu ikatan perkawinan.

Nikah adalah untuk mencapai martabat manusia seutuhnya sekaligus membedakan antara manusia dengan binatang. Agar memiliki kehormatan dan martabat manusia dlm mempertahankan dan memelihara keturunan, peradaban, status sosial, sehingga terhindar dari perlakuan tangan dan mata jahil.

Jadi Maksud dan tujuanya adalah tercapai kebahagiaan yang hakiki (melahirkan ketentraman, cinta kasih dan sayang .. dengan kata lain dapat mengatur kehidupan berumah tangga menuju sakinah mawaddah warohmah .. ,.(4:1,3,34 30:21)
Nikah juga sekaligus menjaga kelestarian fitrah manusia disamping sebagai syariat agama

Faedah dan keutamaan nikah adalah:
1. Memperoleh anak (dari enak menjadi anak, tapi ada sebagian orang yg tdk mau anak alasan dia kawin bukan mau anak tapi mencari enak), bagi kita nikah untuk:
a. Mencari keridlaan Allah
dan Rasulnya, c. Mengharapkan berkah,dan safaatNya.

2. Penyaluran syahwat (dg menikah syahwat akan tersalurkan, solusi menahan pandangan mata dan menjaga kehormatan)

3. Menghibur hati, adakalanya situasi dan kondisi kita gundah, jenuh dan bete (tiap hari kesibukan scara rutin: bermunajat, dan muhasabah, maka pada giliranya istirahat dan bersenang senang)

4. Membangun rumah tangga bahagia.
Adalah Harapan setiap Keluarga.
Hidup sejahtera, yaitu: memiliki istri sholehah, anak-anak berbhakti kepada kedua orang tuanya dan baik dg masyarakat sekitarnya, dengan pergaulan lingkungan yang kondusif, serta tersedia rizki yang memadai.

5. Mujahadah (berjuang melawan hawa nafsu)
(hendaklah kalian memiliki hati yg slalu bersyukur, lidah yg slalu berdikir dan istri salihah yg membantu urusan akhirat).

Keabsahan nikah adalah
memenuhi syarat dan rukun perkawinan, (al: adanya mempelai laki dan perempuan, adanya izab qobul, adanya mahar dan adanya wali atw orang tua mempelai wanita dan saksi2)

Nikah mudah dalam ucapan (qabulty=saya terima, jadilah suami istri).. dengan beberapa hak dan kewajiban menjadi pengikat dalam berumah tangga. Akan tetapi tanggung jawabnya panjang tidak hanya di dunia tetapi sampai ke akhirat.

Tanggjung jawab didunia memberikan nafkah baik lahir maupun bathin (sandang, pangan, papan, kesehatan, pendidikan, keuangan, hiburan dan rumah).

Nikah disebut berkeluarga, bila ada rumah, meskipun ngontrak, sukur-sukur memiliki sendiri, sehingga dikatakan keluarga bahagia.
Kalau tidak mendapatkannya maka disinilah kesabaran perlu diterapkan.

Nikah tidak hanya memenuhi kebutuhan lahir saja tetapi sekaligus dapat memenuhi kebutuhan biologis (jasmani dan rohani=batin).

Sedangkan tanggung jawab bathin adalah perhatian, kemesraan, saling pengertian, sabar, jujur, terbuka, musyawarah, saling percaya, cinta, kasih sayang dan setia.

Tanggung jawab akhirat: adalah pendidikan agama, dituntun anak istri dengan akhlaqulkarimah, dan mengajak keluarga melaksanakan ibadah.

Motivasi atw dorongan Menikah dapat terlihat ketertarikan mereka terhadap:
1. Kecantikan wajahnya dan Keringanan maskawin, lalu
memiliki Kesuburan, dan penuh kasih sayang dan sebaiknya masih perawan (3 faedahnya: lebih cinta, akan sempurna, tdk ada kenangan atw membekas)

2. Memiliki harta yang banyak atw kaya
3. Keturunan baik dan terpandang, tetapi Jangan kerabat dekat

4. Keagamaanya.
yang baik dalam menentukan pilihan adalah Ketaatan beragamanya, yaitu bertakwa. Ketakwaanya tercermin dari Akhlak mulia. Rajin shalatnya > ll

Abdurrahman Wahid


Abdurrahman Wahid lahir pada hari ke-4 dan bulan ke-8 kalender Islam tahun 1940 di Denanyar Jombang, Jawa Timur dari pasangan Wahid Hasyim dan Solichah. Terdapat kepercayaan bahwa ia lahir tanggal 4 Agustus, namun kalender yang digunakan untuk menandai hari kelahirannya adalah kalender Islam yang berarti ia lahir pada 4 Sya'ban, sama dengan 7 September 1940.

Ia lahir dengan nama Abdurrahman Addakhil. "Addakhil" berarti "Sang Penakluk".[2] Kata "Addakhil" tidak cukup dikenal dan diganti nama "Wahid", dan kemudian lebih dikenal dengan panggilan Gus Dur. "Gus" adalah panggilan kehormatan khas pesantren kepada seorang anak kiai yang berati "abang" atau "mas".[2]

Gus Dur adalah putra pertama dari enam bersaudara. Wahid lahir dalam keluarga yang sangat terhormat dalam komunitas Muslim Jawa Timur. Kakek dari ayahnya adalah K.H. Hasyim Asyari, pendiri Nahdlatul Ulama (NU), sementara kakek dari pihak ibu, K.H. Bisri Syansuri, adalah pengajar pesantren pertama yang mengajarkan kelas pada perempuan[3]. Ayah Gus Dur, K.H. Wahid Hasyim, terlibat dalam Gerakan Nasionalis dan menjadi Menteri Agama tahun 1949. Ibunya, Ny. Hj. Sholehah, adalah putri pendiri Pondok Pesantren Denanyar Jombang.

Gus Dur secara terbuka pernah menyatakan bahwa ia memiliki darah Tionghoa. Abdurrahman Wahid mengaku bahwa ia adalah keturunan dari Tan Kim Han yang menikah dengan Tan A Lok, saudara kandung Raden Patah (Tan Eng Hwa), pendiri Kesultanan Demak.[4][5] Tan A Lok dan Tan Eng Hwa ini merupakan anak dari Putri Campa, puteri Tiongkok yang merupakan selir Raden Brawijaya V.[5] Tan Kim Han sendiri kemudian berdasarkan penelitian seorang peneliti Perancis, Louis-Charles Damais diidentifikasikan sebagai Syekh Abdul Qodir Al-Shini yang diketemukan makamnya di Trowulan.[5]

Pada tahun 1944, Wahid pindah dari Jombang ke Jakarta, tempat ayahnya terpilih menjadi Ketua pertama Partai Majelis Syuro Muslimin Indonesia (Masyumi), sebuah organisasi yang berdiri dengan dukungan tentara Jepang yang saat itu menduduki Indonesia. Setelah deklarasi kemerdekaan Indonesia tanggal 17 Agustus 1945, Gus Dur kembali ke Jombang dan tetap berada di sana selama perang kemerdekaan Indonesia melawan Belanda. Pada akhir perang tahun 1949, Wahid pindah ke Jakarta dan ayahnya ditunjuk sebagai Menteri Agama. Abdurrahman Wahid belajar di Jakarta, masuk ke SD KRIS sebelum pindah ke SD Matraman Perwari. Wahid juga diajarkan membaca buku non-Muslim, majalah, dan koran oleh ayahnya untuk memperluas pengetahuannya[6]. Gus Dur terus tinggal di Jakarta dengan keluarganya meskipun ayahnya sudah tidak menjadi menteri agama pada tahun 1952. Pada April 1953, ayah Wahid meninggal dunia akibat kecelakaan mobil.

Pendidikan Wahid berlanjut dan pada tahun 1954, ia masuk ke Sekolah Menengah Pertama. Pada tahun itu, ia tidak naik kelas. Ibunya lalu mengirim Gus Dur ke Yogyakarta untuk meneruskan pendidikannya. Pada tahun 1957, setelah lulus dari SMP, Wahid pindah ke Magelang untuk memulai Pendidikan Muslim di Pesantren Tegalrejo. Ia mengembangkan reputasi sebagai murid berbakat, menyelesaikan pendidikan pesantren dalam waktu dua tahun (seharusnya empat tahun). Pada tahun 1959, Wahid pindah ke Pesantren Tambakberas di Jombang. Di sana, sementara melanjutkan pendidikannya sendiri, Abdurrahman Wahid juga menerima pekerjaan pertamanya sebagai guru dan nantinya sebagai kepala sekolah madrasah. Gus Dur juga dipekerjakan sebagai jurnalis majalah seperti Horizon dan Majalah Budaya Jaya.[7]
Pendidikan di luar negeri

Pada tahun 1963, Wahid menerima beasiswa dari Kementrian Agama untuk belajar di Universitas Al Azhar di Kairo, Mesir. Ia pergi ke Mesir pada November 1963. Meskipun ia mahir berbahasa Arab, Gus Dur diberitahu oleh pihak universitas bahwa ia harus mengambil kelas remedial sebelum belajar Islam dan bahasa Arab. Karena tidak mampu memberikan bukti bahwa ia memiliki kemampuan bahasa Arab, Wahid terpaksa mengambil kelas remedial.[8]

Abdurrahman Wahid menikmati hidup di Mesir pada tahun 1964; ia suka menonton film Eropa dan Amerika, dan juga menonton pertandingan sepak bola. Wahid juga terlibat dengan Asosiasi Pelajar Indonesia dan menjadi jurnalis majalah asosiasi tersebut. Pada akhir tahun, ia berhasil lulus kelas remedial Arabnya. Ketika ia memulai belajarnya dalam Islam dan bahasa Arab tahun 1965, Gus Dur kecewa; ia telah mempelajari banyak materi yang diberikan dan menolak metode belajar yang digunakan Universitas [9].

Di Mesir, Wahid dipekerjakan di Kedutaan Besar Indonesia. Pada saat ia bekerja, peristiwa Gerakan 30 September (G30S) terjadi. Mayor Jendral Suharto menangani situasi di Jakarta dan upaya pemberantasan komunis dilakukan. Sebagai bagian dari upaya tersebut, Kedutaan Besar Indonesia di Mesir diperintahkan untuk melakukan investigasi terhadap pelajar universitas dan memberikan laporan kedudukan politik mereka. Perintah ini diberikan pada Wahid, yang ditugaskan menulis laporan [10].

Wahid mengalami kegagalan di Mesir. Ia tidak setuju akan metode pendidikan serta pekerjaannya setelah G30S sangat mengganggu dirinya.[11] Pada tahun 1966, ia diberitahu bahwa ia harus mengulang belajar.[11] Pendidikan prasarjana Gus Dur diselamatkan melalui beasiswa di Universitas Baghdad.[12] Wahid pindah ke Irak dan menikmati lingkungan barunya. Meskipun ia lalai pada awalnya, Wahid dengan cepat belajar. Wahid juga meneruskan keterlibatannya dalam Asosiasi Pelajar Indonesia dan juga menulis majalah asosiasi tersebut.

Setelah menyelesaikan pendidikannya di Universitas Baghdad tahun 1970, Abdurrahman Wahid pergi ke Belanda untuk meneruskan pendidikannya. Wahid ingin belajar di Universitas Leiden, tetapi kecewa karena pendidikannya di Universitas Baghdad kurang diakui.[13] Dari Belanda, Wahid pergi ke Jerman dan Perancis sebelum kembali ke Indonesia tahun 1971.
Awal karier

Gus Dur kembali ke Jakarta mengharapkan bahwa ia akan pergi ke luar negeri lagi untuk belajar di Universitas McGill di Kanada. Ia membuat dirinya sibuk dengan bergabung ke Lembaga Penelitian, Pendidikan dan Penerangan Ekonomi dan Sosial (LP3ES) [14], organisasi yg terdiri dari kaum intelektual muslim progresif dan sosial demokrat. LP3ES mendirikan majalah yang disebut Prisma dan Wahid menjadi salah satu kontributor utama majalah tersebut. Selain bekerja sebagai kontributor LP3ES, Wahid juga berkeliling pesantren dan madrasah di seluruh Jawa. Pada saat itu, pesantren berusaha keras mendapatkan pendanaan dari pemerintah dengan cara mengadopsi kurikulum pemerintah. Wahid merasa prihatin dengan kondisi itu karena nilai-nilai tradisional pesantren semakin luntur akibat perubahan ini. Gus Dur juga prihatin dengan kemiskinan pesantren yang ia lihat. Pada waktu yang sama ketika mereka membujuk pesantren mengadopsi kurikulum pemerintah, pemerintah juga membujuk pesantren sebagai agen perubahan dan membantu pemerintah dalam perkembangan ekonomi Indonesia. Wahid memilih batal belajar luar negeri dan lebih memilih mengembangkan pesantren.

Abdurrahman Wahid meneruskan kariernya sebagai jurnalis, menulis untuk majalah Tempo dan koran Kompas. Artikelnya diterima dengan baik dan ia mulai mengembangkan reputasi sebagai komentator sosial. Dengan popularitas itu, ia mendapatkan banyak undangan untuk memberikan kuliah dan seminar, membuat dia harus pulang-pergi antara Jakarta dan Jombang, tempat Wahid tinggal bersama keluarganya.

Meskipun memiliki karier yang sukses pada saat itu, Gus Dur masih merasa sulit hidup hanya dari satu sumber pencaharian dan ia bekerja untuk mendapatkan pendapatan tambahan dengan menjual kacang dan mengantarkan es untuk digunakan pada bisnis Es Lilin istrinya [15]. Pada tahun 1974, Wahid mendapat pekerjaan tambahan di Jombang sebagai guru di Pesantren Tambakberas dan segera mengembangkan reputasi baik. Satu tahun kemudian, Wahid menambah pekerjaannya dengan menjadi Guru Kitab Al Hikam.

Pada tahun 1977, Wahid bergabung ke Universitas Hasyim Asyari sebagai dekan Fakultas Praktek dan Kepercayaan Islam. Sekali lagi, Wahid mengungguli pekerjaannya dan Universitas ingin agar Wahid mengajar subyek tambahan seperti pedagogi, syariat Islam dan misiologi. Namun, kelebihannya menyebabkan beberapa ketidaksenangan dari sebagian kalangan universitas dan Wahid mendapat rintangan untuk mengajar subyek-subyek tersebut. Sementara menanggung semua beban tersebut, Wahid juga berpidato selama ramadhan di depan komunitas Muslim di Jombang.
Nahdlatul Ulama
Awal keterlibatan

Latar belakang keluarga Wahid segera berarti. Ia akan diminta untuk memainkan peran aktif dalam menjalankan NU. Permintaan ini berlawanan dengan aspirasi Gus Dur dalam menjadi intelektual publik dan ia dua kali menolak tawaran bergabung dengan Dewan Penasehat Agama NU. Namun, Wahid akhirnya bergabung dengan Dewan tersebut setelah kakeknya, Bisri Syansuri, memberinya tawaran ketiga [16]. Karena mengambil pekerjaan ini, Wahid juga memilih untuk pindah dari Jombang ke Jakarta dan menetap di sana. Sebagai anggota Dewan Penasehat Agama, Wahid memimpin dirinya sebagai reforman NU.

Pada saat itu, Abdurrahman Wahid juga mendapat pengalaman politik pertamanya. Pada pemilihan umum legislatif 1982, Wahid berkampanye untuk Partai Persatuan Pembangunan (PPP), sebuah Partai Islam yang dibentuk sebagai hasil gabungan 4 partai Islam termasuk NU. Wahid menyebut bahwa Pemerintah mengganggu kampanye PPP dengan menangkap orang seperti dirinya [17]. Namun, Wahid selalu berhasil lepas karena memiliki hubungan dengan orang penting seperti Jendral Benny Moerdani.
Mereformasi NU

Pada saat itu, banyak orang yang memandang NU sebagai organisasi dalam keadaan stagnasi/terhenti. Setelah berdiskusi, Dewan Penasehat Agama akhirnya membentuk Tim Tujuh (yang termasuk Wahid) untuk mengerjakan isu reformasi dan membantu menghidupkan kembali NU. Reformasi dalam organisasi termasuk perubahan keketuaan. Pada 2 Mei 1982, pejabat-pejabat tinggi NU bertemu dengan Ketua NU Idham Chalid dan meminta agar ia mengundurkan diri. Idham, yang telah memandu NU pada era transisi kekuasaan dari Soekarno ke Soeharto awalnya melawan, tetapi akhirnya mundur karena tekanan. Pada 6 Mei 1982, Wahid mendengar pilihan Idham untuk mundur dan menemuinya, lalu ia berkata bahwa permintaan mundur tidak konstitusionil. Dengan himbauan Wahid, Idham membatalkan kemundurannya dan Wahid bersama dengan Tim Tujuh dapat menegosiasikan persetujuan antara Idham dan orang yang meminta kemundurannya [18].

Pada tahun 1983, Soeharto dipilih kembali sebagai presiden untuk masa jabatan ke-4 oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) dan mulai mengambil langkah untuk menjadikan Pancasila sebagai Ideologi Negara. Dari Juni 1983 hingga Oktober 1983, Wahid menjadi bagian dari kelompok yang ditugaskan untuk menyiapkan respon NU terhadap isu tersebut. Wahid berkonsultasi dengan bacaan seperti Quran dan Sunnah untuk pembenaran dan akhirnya, pada Oktober 1983, ia menyimpulkan bahwa NU harus menerima Pancasila sebagai Ideologi Negara [19]. Untuk lebih menghidupkan kembali NU, Wahid juga mengundurkan diri dari PPP dan partai politik. Hal ini dilakukan sehingga NU dapat fokus dalam masalah sosial daripada terhambat dengan terlibat dalam politik.
Terpilih sebagai ketua dan masa jabatan pertama

Reformasi Wahid membuatnya sangat populer di kalangan NU. Pada saat Musyawarah Nasional 1984, banyak orang yang mulai menyatakan keinginan mereka untuk menominasikan Wahid sebagai ketua baru NU. Wahid menerima nominasi ini dengan syarat ia mendapatkan wewenang penuh untuk memilih para pengurus yang akan bekerja di bawahnya. Wahid terpilih sebagai Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama pada Musyawarah Nasional tersebut. Namun demikian, persyaratannya untuk dapat memilih sendiri para pengurus di bawahnya tidak terpenuhi. Pada hari terakhir Munas, daftar anggota Wahid sedang dibahas persetujuannya oleh para pejabat tinggu NU termasuk Ketua PBNU sebelumnya, Idham Chalid. Wahid sebelumnya telah memberikan sebuah daftar kepada Panitia Munas yang sedianya akan diumumkan hari itu. Namun demikian, Panitia Munas, yang bertentangan dengan Idham, mengumumkan sebuah daftar yang sama sekali berbeda kepada para peserta Munas.[20]

Terpilihnya Gus Dur dilihat positif oleh Suharto dan rezim Orde Baru. Penerimaan Wahid terhadap Pancasila bersamaan dengan citra moderatnya menjadikannya disukai oleh pejabat pemerintahan. Pada tahun 1985, Suharto menjadikan Gus Dur indoktrinator Pancasila.[21] Pada tahun 1987, Abdurrahman Wahid menunjukan dukungan lebih lanjut terhadap rezim tersebut dengan mengkritik PPP dalam pemilihan umum legislatif 1987 dan memperkuat Partai Golkar Suharto. Ia kemudian menjadi anggota MPR mewakili Golkar. Meskipun ia disukai oleh rezim, Wahid mengkritik pemerintah karena proyek Waduk Kedung Ombo yang didanai oleh Bank Dunia.[22] Hal ini merenggangkan hubungan Wahid dengan pemerintah, namun saat itu Suharto masih mendapat dukungan politik dari NU.

Selama masa jabatan pertamanya, Gus Dur fokus dalam mereformasi sistem pendidikan pesantren dan berhasil meningkatkan kualitas sistem pendidikan pesantren sehingga dapat menandingi sekolah sekular.[23] Pada tahun 1987, Gus Dur juga mendirikan kelompok belajar di Probolinggo, Jawa Timur untuk menyediakan forum individu sependirian dalam NU untuk mendiskusikan dan menyediakan interpretasi teks Muslim.[24] Gus Dur pernah pula menghadapi kritik bahwa ia mengharapkan mengubah salam Muslim "assalamualaikum" menjadi salam sekular "selamat pagi".[25]
Masa jabatan kedua dan melawan Orde Baru

Wahid terpilih kembali untuk masa jabatan kedua Ketua NU pada Musyawarah Nasional 1989. Pada saat itu, Soeharto, yang terlibat dalam pertempuran politik dengan ABRI, mulai menarik simpati Muslim untuk mendapat dukungan mereka. Pada Desember 1990, Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) dibentuk untuk menarik hati Muslim Intelektual. Organisasi ini didukung oleh Soeharto, diketuai oleh Baharuddin Jusuf Habibie dan di dalamnya terdapat intelektual Muslim seperti Amien Rais dan Nurcholish Madjid sebagai anggota. Pada tahun 1991, beberapa anggota ICMI meminta Gus Dur bergabung. Gus Dur menolak karena ia mengira ICMI mendukung sektarianisme dan akan membuat Soeharto tetap kuat.[26] Pada tahun 1991, Wahid melawan ICMI dengan membentuk Forum Demokrasi, organisasi yang terdiri dari 45 intelektual dari berbagai komunitas religius dan sosial. Organisasi ini diperhitungkan oleh pemerintah dan pemerintah menghentikan pertemuan yang diadakan oleh Forum Demokrasi saat menjelang pemilihan umum legislatif 1992.

Pada Maret 1992, Gus Dur berencana mengadakan Musyawarah Besar untuk merayakan ulang tahun NU ke-66 dan mengulang pernyataan dukungan NU terhadap Pancasila. Wahid merencanakan acara itu dihadiri oleh paling sedikit satu juta anggota NU. Namun, Soeharto menghalangi acara tersebut, memerintahkan polisi untuk mengembalikan bus berisi anggota NU ketika mereka tiba di Jakarta. Akan tetapi, acara itu dihadiri oleh 200.000 orang. Setelah acara, Gus Dur mengirim surat protes kepada Soeharto menyatakan bahwa NU tidak diberi kesempatan menampilkan Islam yang terbuka, adil dan toleran.[27] Selama masa jabatan keduanya sebagai ketua NU, ide liberal Gus Dur mulai mengubah banyak pendukungnya menjadi tidak setuju. Sebagai ketua, Gus Dur terus mendorong dialog antar agama dan bahkan menerima undangan mengunjungi Israel pada Oktober 1994.[28]
Masa jabatan ketiga dan menuju reformasi

Menjelang Musyawarah Nasional 1994, Gus Dur menominasikan dirinya untuk masa jabatan ketiga. Mendengar hal itu, Soeharto ingin agar Wahid tidak terpilih. Pada minggu-minggu sebelum munas, pendukung Soeharto, seperti Habibie dan Harmoko berkampanye melawan terpilihnya kembali Gus Dur. Ketika musyawarah nasional diadakan, tempat pemilihan dijaga ketat oleh ABRI dalam tindakan intimidasi.[29] Terdapat juga usaha menyuap anggota NU untuk tidak memilihnya. Namun, Gus Dur tetap terpilih sebagai ketua NU untuk masa jabatan ketiga. Selama masa ini, Gus Dur memulai aliansi politik dengan Megawati Soekarnoputri dari Partai Demokrasi Indonesia (PDI). Megawati yang menggunakan nama ayahnya memiliki popularitas yang besar dan berencana tetap menekan rezim Soeharto. Wahid menasehati Megawati untuk berhati-hati dan menolak dipilih sebagai Presiden untuk Sidang Umum MPR 1998. Megawati mengacuhkannya dan harus membayar mahal ketika pada Juli 1996 markas PDInya diambil alih oleh pendukung Ketua PDI yang didukung pemerintah, Soerjadi.

Melihat apa yang terjadi terhadap Megawati, Gus Dur berpikir bahwa pilihan terbaiknya sekarang adalah mundur secara politik dengan mendukung pemerintah. Pada November 1996, Wahid dan Soeharto bertemu pertama kalinya sejak pemilihan kembali Gus Dur sebagai ketua NU dan beberapa bulan berikutnya diikuti dengan pertemuan dengan berbagai tokoh pemerintah yang pada tahun 1994 berusaha menghalangi pemilihan kembali Gus Dur.[30] Pada saat yang sama, Gus Dur membiarkan pilihannya untuk melakukan reformasi tetap terbuka dan pada Desember 1996 bertemu dengan Amien Rais, anggota ICMI yang kritis terhadap kebijakan-kebijakan pemerintah.

Juli 1997 merupakan awal dari Krisis Finansial Asia. Soeharto mulai kehilangan kendali atas situasi tersebut. Gus Dur didorong untuk melakukan reformasi dengan Megawati dan Amien, namun ia terkena stroke pada Januari 1998. Dari rumah sakit, Wahid melihat situasi terus memburuk dengan pemilihan kembali Soeharto sebagai Presiden dan protes mahasiswa yang menyebabkan terjadinya kerusuhan Mei 1998 setelah penembakan enam mahasiswa di Universitas Trisakti. Pada tanggal 19 Mei 1998, Gus Dur, bersama dengan delapan pemimpin penting dari komunitas Muslim, dipanggil ke kediaman Soeharto. Soeharto memberikan konsep Komite Reformasi yang ia usulkan. Sembilan pemimpin tersebut menolak untuk bergabung dengan Komite Reformasi. Gus Dur memiliki pendirian yang lebih moderat dengan Soeharto dan meminta demonstran berhenti untuk melihat apakah Soeharto akan menepati janjinya.[31] Hal tersebut tidak disukai Amien, yang merupakan oposisi Soeharto yang paling kritis pada saat itu. Namun, Soeharto mengumumkan pengunduran dirinya pada tanggal 21 Mei 1998. Wakil Presiden Habibie menjadi presiden menggantikan Soeharto.
Reformasi
Pembentukan PKB dan Pernyataan Ciganjur

Salah satu dampak jatuhnya Soeharto adalah pembentukan partai politik baru. Di bawah rezim Soeharto, hanya terdapat tiga pertai politik: Golkar, PPP dan PDI. Dengan jatuhnya Soeharto, partai-partai politik mulai terbentuk, dengan yang paling penting adalah Partai Amanat Nasional (PAN) bentukan Amien dan Partai Demokrasi Indonesia-Perjuangan (PDI-P) bentukan Megawati. Pada Juni 1998, banyak orang dari komunitas NU meminta Gus Dur membentuk partai politik baru. Ia tidak langsung mengimplementasikan ide tersebut. Namun pada Juli 1998 Gus Dur mulai menanggapi ide tersebut karena mendirikan partai politik merupakan satu-satunya cara untuk melawan Golkar dalam pemilihan umum. Wahid menyetujui pembentukan PKB dan menjadi Ketua Dewan Penasehat dengan Matori Abdul Djalil sebagai ketua partai. Meskipun partai tersebut didominasi anggota NU, Gus Dur menyatakan bahwa partai tersebut terbuka untuk semua orang.

Pada November 1998, dalam pertemuan di Ciganjur, Gus Dur, bersama dengan Megawati, Amien, dan Sultan Hamengkubuwono X kembali menyatakan komitmen mereka untuk reformasi. Pada 7 Februari 1999, PKB secara resmi menyatakan Gus Dur sebagai kandidat pemilihan presiden.
Pemilu 1999 dan Sidang Umum MPR
Amien Rais dan Gus Dur pada Sidang Umum MPR.

Pada Juni 1999, partai PKB ikut serta dalam arena pemilu legislatif. PKB memenangkan 12% suara dengan PDI-P memenangkan 33% suara. Dengan kemenangan partainya, Megawati memperkirakan akan memenangkan pemilihan presiden pada Sidang Umum MPR. Namun, PDI-P tidak memiliki mayoritas penuh, sehingga membentuk aliansi dengan PKB. Pada Juli, Amien Rais membentuk Poros Tengah, koalisi partai-partai Muslim.[32] Poros Tengah mulai menominasikan Gus Dur sebagai kandidat ketiga pada pemilihan presiden dan komitmen PKB terhadap PDI-P mulai berubah.

Pada 7 Oktober 1999, Amien dan Poros Tengah secara resmi menyatakan Abdurrahman Wahid sebagai calon presiden.[33] Pada 19 Oktober 1999, MPR menolak pidato pertanggungjawaban Habibie dan ia mundur dari pemilihan presiden. Beberapa saat kemudian, Akbar Tanjung, ketua Golkar dan ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) menyatakan Golkar akan mendukung Gus Dur. Pada 20 Oktober 1999, MPR kembali berkumpul dan mulai memilih presiden baru. Abdurrahman Wahid kemudian terpilih sebagai Presiden Indonesia ke-4 dengan 373 suara, sedangkan Megawati hanya 313 suara.[34]

Tidak senang karena calon mereka gagal memenangkan pemilihan, pendukung Megawati mengamuk dan Gus Dur menyadari bahwa Megawati harus terpilih sebagai wakil presiden. Setelah meyakinkan jendral Wiranto untuk tidak ikut serta dalam pemilihan wakil presiden dan membuat PKB mendukung Megawati, Gus Dur pun berhasil meyakinkan Megawati untuk ikut serta. Pada 21 Oktober 1999, Megawati ikut serta dalam pemilihan wakil presiden dan mengalahkan Hamzah Haz dari PPP.
Kepresidenan
1999

Kabinet pertama Gus Dur, Kabinet Persatuan Nasional, adalah kabinet koalisi yang meliputi anggota berbagai partai politik: PDI-P, PKB, Golkar, PPP, PAN, dan Partai Keadilan (PK). Non-partisan dan TNI juga ada dalam kabinet tersebut. Wahid kemudian mulai melakukan dua reformasi pemerintahan. Reformasi pertama adalah membubarkan Departemen Penerangan, senjata utama rezim Soeharto dalam menguasai media. Reformasi kedua adalah membubarkan Departemen Sosial yang korup.[35]

Pada November 1999, Wahid mengunjungi negara-negara anggota ASEAN, Jepang, Amerika Serikat, Qatar, Kuwait, dan Yordania. Setelah itu, pada bulan Desember, ia mengunjungi Republik Rakyat Cina.[36]

Setelah satu bulan berada dalam Kabinet Persatuan Nasional, Menteri Menteri Koordinator Pengentasan Kemiskinan (Menko Taskin) Hamzah Haz mengumumkan pengunduran dirinya pada bulan November. Muncul dugaan bahwa pengunduran dirinya diakibatkan karena Gus Dur menuduh beberapa anggota kabinet melakukan korupsi selama ia masih berada di Amerika Serikat.[35] Beberapa menduga bahwa pengunduran diri Hamzah Haz diakibatkan karena ketidaksenangannya atas pendekatan Gus Dur dengan Israel [37].

Rencana Gus Dur adalah memberikan Aceh referendum. Namun referendum ini menentukan otonomi dan bukan kemerdekaan seperti referendum Timor Timur. Gus Dur juga ingin mengadopsi pendekatan yang lebih lembut terhadap Aceh dengan mengurangi jumlah personel militer di Negeri Serambi Mekkah tersebut. Pada 30 Desember, Gus Dur mengunjungi Jayapura di provinsi Irian Jaya. Selama kunjungannya, Abdurrahman Wahid berhasil meyakinkan pemimpin-pemimpin Papua bahwa ia mendorong penggunaan nama Papua.[38]
2000
Abdurrahman Wahid di Forum Ekonomi Dunia tahun 2000.

Pada Januari 2000, Gus Dur melakukan perjalanan ke luar negeri lainnya ke Swiss untuk menghadiri Forum Ekonomi Dunia dan mengunjungi Arab Saudi dalam perjalanan pulang menuju Indonesia. Pada Februari, Wahid melakukan perjalanan luar negeri ke Eropa lainnya dengan mengunjungi Inggris, Perancis, Belanda, Jerman, dan Italia. Dalam perjalanan pulang dari Eropa, Gus Dur juga mengunjungi India, Korea Selatan, Thailand, dan Brunei Darussalam. Pada bulan Maret, Gus Dur mengunjungi Timor Leste. Di bulan April, Wahid mengunjungi Afrika Selatan dalam perjalanan menuju Kuba untuk menghadiri pertemuan G-77, sebelum kembali melewati Kota Meksiko dan Hong Kong. Pada bulan Juni, Wahid sekali lagi mengunjungi Amerika, Jepang, dan Perancis dengan Iran, Pakistan, dan Mesir sebagai tambahan baru ke dalam daftar negara-negara yang dikunjunginya.[39]

Ketika Gus Dur berkelana ke Eropa pada bulan Februari, ia mulai meminta Jendral Wiranto mengundurkan diri dari jabatan Menteri Koordinator Bidang Politik dan Keamanan. Gus Dur melihat Wiranto sebagai halangan terhadap rencana reformasi militer dan juga karena tuduhan pelanggaran HAM di Timor Timur terhadap Wiranto.[40]

Ketika Gus Dur kembali ke Jakarta, Wiranto berbicara dengannya dan berhasil meyakinkan Gus Dur agar tidak menggantikannya. Namun, Gus Dur kemudian mengubah pikirannya dan memintanya mundur. Pada April 2000, Gus Dur memecat Menteri Negara Perindustrian dan Perdagangan Jusuf Kalla dan Menteri Negara BUMN Laksamana Sukardi. Alasan yang diberikan Wahid adalah bahwa keduanya terlibat dalam kasus korupsi, meskipun Gus Dur tidak pernah memberikan bukti yang kuat.[41] Hal ini memperburuk hubungan Gus Dur dengan Golkar dan PDI-P.

Pada Maret 2000, pemerintahan Gus Dur mulai melakukan negosiasi dengan Gerakan Aceh Merdeka (GAM). Dua bulan kemudian, pemerintah menandatangani nota kesepahaman dengan GAM hingga awal tahun 2001, saat kedua penandatangan akan melanggar persetujuan.[42] Gus Dur juga mengusulkan agar TAP MPRS No. XXIX/MPR/1966 yang melarang Marxisme-Leninisme dicabut.[43]

Ia juga berusaha membuka hubungan dengan Israel, yang menyebabkan kemarahan pada kelompok Muslim Indonesia.[44] Isu ini diangkat dalam pidato Ribbhi Awad, duta besar Palestina untuk Indonesia, kepada parlemen Palestina tahun 2000. Isu lain yang muncul adalah keanggotaan Gus Dur pada Yayasan Shimon Peres. Baik Gus Dur dan menteri luar negerinya Alwi Shihab menentang penggambaran Presiden Indonesia yang tidak tepat, dan Alwi meminta agar Awad, duta besar Palestina untuk Indonesia, diganti.[45]

Dalam usaha mereformasi militer dan mengeluarkan militer dari ruang sosial-politik, Gus Dur menemukan sekutu, yaitu Agus Wirahadikusumah, yang diangkatnya menjadi Panglima Kostrad pada bulan Maret. Pada Juli 2000, Agus mulai membuka skandal yang melibatkan Dharma Putra, yayasan yang memiliki hubungan dengan Kostrad. Melalui Megawati, anggota TNI mulai menekan Wahid untuk mencopot jabatan Agus. Gus Dur mengikuti tekanan tersebut, tetapi berencana menunjuk Agus sebagai Kepala Staf Angkatan Darat. Petinggi TNI merespon dengan mengancam untuk pensiun, sehingga Gus Dur kembali harus menurut pada tekanan.[46]

Hubungan Gus Dur dengan TNI semakin memburuk ketika Laskar Jihad tiba di Maluku dan dipersenjatai oleh TNI. Laskar Jihad pergi ke Maluku untuk membantu orang Muslim dalam konflik dengan orang Kristen. Wahid meminta TNI menghentikan aksi Laskar Jihad, namun mereka tetap berhasil mencapai Maluku dan dipersenjatai oleh senjata TNI.[47]

Muncul pula dua skandal pada tahun 2000, yaitu skandal Buloggate dan Bruneigate. Pada bulan Mei, Badan Urusan Logistik (BULOG) melaporkan bahwa $4 juta menghilang dari persediaan kas Bulog. Tukang pijit pribadi Gus Dur mengklaim bahwa ia dikirim oleh Gus Dur ke Bulog untuk mengambil uang.[48] Meskipun uang berhasil dikembalikan, musuh Gus Dur menuduhnya terlibat dalam skandal ini. Skandal ini disebut skandal Buloggate. Pada waktu yang sama, Gus Dur juga dituduh menyimpan uang $2 juta untuk dirinya sendiri. Uang itu merupakan sumbangan dari Sultan Brunei untuk membantu di Aceh. Namun, Gus Dur gagal mempertanggungjawabkan dana tersebut. Skandal ini disebut skandal Bruneigate.

Sidang Umum MPR 2000 hampir tiba, popularitas Gus Dur masih tinggi. Sekutu Wahid seperti Megawati, Akbar dan Amien masih mendukungnya meskipun terjadi berbagai skandal dan pencopotan menteri. Pada Sidang Umum MPR, pidato Gus Dur diterima oleh mayoritas anggota MPR. Selama pidato, Wahid menyadari kelemahannya sebagai pemimpin dan menyatakan ia akan mewakilkan sebagian tugas.[49] Anggota MPR setuju dan mengusulkan agar Megawati menerima tugas tersebut. Pada awalnya MPR berencana menerapkan usulan ini sebagai TAP MPR, akan tetapi Keputusan Presiden dianggap sudah cukup. Pada 23 Agustus, Gus Dur mengumumkan kabinet baru meskipun Megawati ingin pengumuman ditunda. Megawati menunjukan ketidaksenangannya dengan tidak hadir pada pengumuman kabinet. Kabinet baru lebih kecil dan meliputi lebih banyak non-partisan. Tidak terdapat anggota Golkar dalam kabinet baru Gus Dur.

Pada September, Gus Dur menyatakan darurat militer di Maluku karena kondisi di sana semakin memburuk. Pada saat itu semakin jelas bahwa Laskar Jihad didukung oleh anggota TNI dan juga kemungkinan didanai oleh Fuad Bawazier, menteri keuangan terakhir Soeharto. Pada bulan yang sama, bendera bintang kejora berkibar di Papua Barat. Gus Dur memperbolehkan bendera bintang kejora dikibarkan asalkan berada di bawah bendera Indonesia.[50] Ia dikritik oleh Megawati dan Akbar karena hal ini. Pada 24 Desember 2000, terjadi serangan bom terhadap gereja-gereja di Jakarta dan delapan kota lainnya di seluruh Indonesia.

Pada akhir tahun 2000, terdapat banyak elit politik yang kecewa dengan Abdurrahman Wahid. Orang yang paling menunjukan kekecewaannya adalah Amien. Ia menyatakan kecewa mendukung Gus Dur sebagai presiden tahun lalu. Amien juga berusaha mengumpulkan oposisi dengan meyakinkan Megawati dan Gus Dur untuk merenggangkan otot politik mereka. Megawati melindungi Gus Dur, sementara Akbar menunggu pemilihan umum legislatif tahun 2004. Pada akhir November, 151 DPR menandatangani petisi yang meminta pemakzulan Gus Dur.[51]
2001 dan akhir kekuasaan

Pada Januari 2001, Gus Dur mengumumkan bahwa Tahun Baru Cina (Imlek) menjadi hari libur opsional.[52] Tindakan ini diikuti dengan pencabutan larangan penggunaan huruf Tionghoa. Gus Dur lalu mengunjungi Afrika Utara dan juga Arab Saudi untuk naik haji.[53] Abdurrahman Wahid melakukan kunjungan terakhirnya ke luar negeri sebagai presiden pada Juni 2001 ketika ia mengunjungi Australia.

Pada pertemuan dengan rektor-rektor universitas pada 27 Januari 2001, Gus Dur menyatakan kemungkinan Indonesia masuk kedalam anarkisme. Ia lalu mengusulkan pembubaran DPR jika hal tersebut terjadi.[54] Pertempuan tersebut menambah gerakan anti-Wahid. Pada 1 Februari, DPR bertemu untuk mengeluarkan nota terhadap Gus Dur. Nota tersebut berisi diadakannya Sidang Khusus MPR dimana pemakzulan Presiden dapat dilakukan. Anggota PKB hanya bisa walk out dalam menanggapi hal ini. Nota ini juga menimbulkan protes di antara NU. Di Jawa Timur, anggota NU melakukan protes di sekitar kantor regional Golkar. Di Jakarta, oposisi Gus Dur turun menuduhnya mendorong protes tersebut. Gus Dur membantah dan pergi untuk berbicara dengan demonstran di Pasuruan.[55]. Namun, demonstran NU terus menunjukan dukungan mereka kepada Gus Dur dan pada bulan April mengumumkan bahwa mereka siap untuk mempertahankan Gus Dur sebagai presiden hingga mati.

Pada bulan Maret, Gus Dur mencoba membalas oposisi dengan melawan disiden pada kabinetnya. Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia Yusril Ihza Mahendra dicopot dari kabinet karena ia mengumumkan permintaan agar Gus Dur mundur.[56] Menteri Kehutanan Nurmahmudi Ismail juga dicopot dengan alasan berbeda visi dengan Presiden, berlawanan dalam pengambilan kebijakan, dan diangap tidak dapat mengendalikan Partai Keadilan,[57] yang pada saat itu massanya ikut dalam aksi menuntut Gus Dur mundur. Dalam menanggapi hal ini, Megawati mulai menjaga jarak dan tidak hadir dalam inagurasi penggantian menteri. Pada 30 April, DPR mengeluarkan nota kedua dan meminta diadakannya Sidang Istimewa MPR pada 1 Agustus.

Gus Dur mulai putus asa dan meminta Menteri Koordinator Politik, Sosial, dan Keamanan (Menko Polsoskam) Susilo Bambang Yudhoyono untuk menyatakan keadaan darurat. Yudhoyono menolak dan Gus Dur memberhentikannya dari jabatannya beserta empat menteri lainnya dalam reshuffle kabinet pada tanggal 1 Juli 2001.[58] Akhirnya pada 20 Juli, Amien Rais menyatakan bahwa Sidang Istimewa MPR akan dimajukan pada 23 Juli. TNI menurunkan 40.000 tentara di Jakarta dan juga menurunkan tank yang menunjuk ke arah Istana Negara sebagai bentuk penunjukan kekuatan.[59]. Gus Dur kemudian mengumumkan pemberlakuan dekrit yang berisi (1) pembubaran MPR/DPR, (2) mengembalikan kedaulatan ke tangan rakyat dengan mempercepat pemilu dalam waktu satu tahun, dan (3) membekukan Partai Golkar[60] sebagai bentuk perlawanan terhadap Sidang Istimewa MPR. Namun dekrit tersebut tidak memperoleh dukungan dan pada 23 Juli, MPR secara resmi memakzulkan Gus Dur dan menggantikannya dengan Megawati Sukarnoputri.[61] Abdurrahman Wahid terus bersikeras bahwa ia adalah presiden dan tetap tinggal di Istana Negara selama beberapa hari, namun akhirnya pada tanggal 25 Juli ia pergi ke Amerika Serikat karena masalah kesehatan.[62]
Aktivitas setelah kepresidenan
Perpecahan pada tubuh PKB

Sebelum Sidang Khusus MPR, anggota PKB setuju untuk tidak hadir sebagai lambang solidaritas. Namun, Matori Abdul Djalil, ketua PKB, bersikeras hadir karena ia adalah Wakil Ketua MPR. Dengan posisinya sebagai Kepala Dewan Penasehat, Gus Dur menjatuhkan posisi Matori sebagai Ketua PKB pada tanggal 15 Agustus 2001 dan melarangnya ikut serta dalam aktivitas partai sebelum mencabut keanggotaan Matori pada bulan November.[63] Pada tanggal 14 Januari 2002, Matori mengadakan Munas Khusus yang dihadiri oleh pendukungnya di PKB. Munas tersebut memilihnya kembali sebagai ketua PKB. Gus Dur membalasnya dengan mengadakan Munasnya sendiri pada tanggal 17 Januari, sehari setelah Munas Matori selesai[64] Musyawarah Nasional memilih kembali Gus Dur sebagai Ketua Dewan Penasehat dan Alwi Shihab sebagai Ketua PKB. PKB Gus Dur lebih dikenal sebagai PKB Kuningan sementara PKB Matori dikenal sebagai PKB Batutulis.
Pemilihan umum 2004

Pada April 2004, PKB berpartisipasi dalam Pemilihan Umum Anggota DPR, DPD, dan DPRD Indonesia 2004, memperoleh 10.6% suara. Untuk Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden Indonesia 2004, dimana rakyat akan memilih secara langsung, PKB memilih Wahid sebagai calon presiden. Namun, Gus Dur gagal melewati pemeriksaan medis sehingga Komisi Pemilihan Umum menolak memasukannya sebagai kandidat. Gus Dur lalu mendukung Solahuddin yang merupakan pasangan dari Wiranto. Pada 5 Juli 2004, Wiranto dan Solahuddin kalah dalam pemilu. Untuk pemilihan kedua antara pasangan Yudhoyono-Kalla dengan Megawati-Muzadi, Gus Dur menyatakan golput.
Oposisi terhadap pemerintahan SBY

Pada Agustus 2005, Gus Dur menjadi salah satu pemimpin koalisi politik yang bernama Koalisi Nusantara Bangkit Bersatu. Bersama dengan Try Sutrisno, Wiranto, Akbar Tanjung dan Megawati, koalisi ini mengkritik kebijakan pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono, terutama mengenai pencabutan subsidi BBM yang akan menyebabkan naiknya harga BBM.
Kehidupan pribadi

Wahid menikah dengan Sinta Nuriyah dan dikaruniai empat orang anak: Alissa Qotrunnada, Zannuba Ariffah Chafsoh (Yenny), Anita Hayatunnufus, dan Inayah Wulandari. Yenny juga aktif berpolitik di Partai Kebangkitan Bangsa dan saat ini adalah direktur The Wahid Institute.
Kematian

Gus Dur menderita banyak penyakit, bahkan sejak ia mulai menjabat sebagai presiden. Ia menderita gangguan penglihatan sehingga seringkali surat dan buku yang harus dibaca atau ditulisnya harus dibacakan atau dituliskan oleh orang lain. Beberapa kali ia mengalami serangan strok. Diabetes dan gangguan ginjal juga dideritanya. Ia wafat pada hari Rabu, 30 Desember 2009, di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Jakarta, pada pukul 18.45 akibat berbagai komplikasi penyakit tersebut, yang dideritanya sejak lama. Sebelum wafat ia harus menjalani hemodialisis (cuci darah) rutin. Menurut Salahuddin Wahid adiknya, Gus Dur wafat akibat sumbatan pada arteri.[65] Seminggu sebelum dipindahkan ke Jakarta ia sempat dirawat di Jombang seusai mengadakan perjalanan di Jawa Timur.[66]
Penghargaan

Pada tahun 1993, Gus Dur menerima Ramon Magsaysay Award, sebuah penghargaan yang cukup prestisius untuk kategori Community Leadership. [67]

Wahid ditahbiskan sebagai "Bapak Tionghoa" oleh beberapa tokoh Tionghoa Semarang di Kelenteng Tay Kak Sie, Gang Lombok, yang selama ini dikenal sebagai kawasan Pecinan pada tanggal 10 Maret 2004.[5]

Pada 11 Agustus 2006, Gadis Arivia dan Gus Dur mendapatkan Tasrif Award-AJI sebagai Pejuang Kebebasan Pers 2006.[68] Penghargaan ini diberikan oleh Aliansi Jurnalis Independen (AJI). Gus Dur dan Gadis dinilai memiliki semangat, visi, dan komitmen dalam memperjuangkan kebebasan berekpresi, persamaan hak, semangat keberagaman, dan demokrasi di Indonesia. Gus Dur dan Gadis dipilih oleh dewan juri yang terdiri dari budayawan Butet Kertaradjasa, pemimpin redaksi The Jakarta Post Endy Bayuni, dan Ketua Komisi Nasional Perempuan Chandra Kirana. Mereka berhasil menyisihkan 23 kandidat lain. Penghargaan Tasrif Award bagi Gus Dur menuai protes dari para wartawan yang hadir dalam acara jumpa pers itu.[69] Seorang wartawan mengatakan bahwa hanya karena upaya Gus Dur menentang RUU Anti Pornoaksi dan Pornografi, ia menerima penghargaan tersebut. Sementara wartawan lain seperti Ati Nurbaiti, mantan Ketua Umum AJI Indonesia dan wartawan The Jakarta Post membantah dan mempertanyakan hubungan perjuangan Wahid menentang RUU APP dengan kebebasan pers.[69]

Ia mendapat penghargaan dari Simon Wiethemthal Center, sebuah yayasan yang bergerak di bidang penegakan Hak Asasi Manusia. Wahid mendapat penghargaan tersebut karena menurut mereka ia merupakan salah satu tokoh yang peduli terhadap persoalan HAM.[70][71] Gus Dur memperoleh penghargaan dari Mebal Valor yang berkantor di Los Angeles karena Wahid dinilai memiliki keberanian membela kaum minoritas, salah satunya dalam membela umat beragama Konghucu di Indonesia dalam memperoleh hak-haknya yang sempat terpasung selama era orde baru.[70] Wahid juga memperoleh penghargaan dari Universitas Temple. Namanya diabadikan sebagai nama kelompok studi Abdurrahman Wahid Chair of Islamic Study.[70]
Doktor kehormatan

Gus Dur juga banyak memperoleh gelar Doktor Kehormatan (Doktor Honoris Causa) dari berbagai lembaga pendidikan:

* Doktor Kehormatan bidang Filsafat Hukum dari Universitas Thammasat, Bangkok, Thailand (2000)[72]
* Doktor Kehormatan dari Asian Institute of Technology, Bangkok, Thailand (2000)[72]
* Doktor Kehormatan bidang Ilmu Hukum dan Politik, Ilmu Ekonomi dan Manajemen, dan Ilmu Humaniora dari Pantheon Universitas Sorbonne, Paris, Prancis (2000)[72]
* Doktor Kehormatan dari Universitas Chulalongkorn, Bangkok, Thailand (2000)
* Doktor Kehormatan dari Universitas Twente, Belanda (2000) [73]
* Doktor Kehormatan dari Universitas Jawaharlal Nehru, India (2000)[72]
* Doktor Kehormatan dari Universitas Soka Gakkai, Tokyo, Jepang (2002)[72]
* Doktor Kehormatan bidang Kemanusiaan dari Universitas Netanya, Israel (2003)[74]
* Doktor Kehormatan bidang Hukum dari Universitas Konkuk, Seoul, Korea Selatan (2003)[72]
* Doktor Kehormatan dari Universitas Sun Moon, Seoul, Korea Selatan (2003)